Mencari pekerjaan memang bisa menjadi tantangan, terutama di tengah persaingan yang semakin ketat.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan seseorang dalam mendapatkan pekerjaan. Berikut beberapa alasan umum yang sering ditemui:
Faktor Internal
- Keterampilan yang Tidak Sesuai:
- Kesenjangan keterampilan: Keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pasar kerja.
- Kurangnya keterampilan soft skills: Keterampilan berkomunikasi, bekerja dalam tim, dan menyelesaikan masalah yang efektif sangat penting.
- Kurangnya Pengalaman:
- Minimnya pengalaman kerja: Sulit bersaing dengan pelamar yang memiliki pengalaman lebih.
- Kurangnya pengalaman relevan: Pengalaman yang dimiliki tidak relevan dengan posisi yang dilamar.
- Kurangnya Jaringan:
- Lingkaran pergaulan yang terbatas: Sulit mendapatkan informasi lowongan kerja dan rekomendasi dari orang lain.
- Kurangnya Kepercayaan Diri:
- Merasa tidak kompeten: Meragukan kemampuan diri sendiri untuk melakukan pekerjaan.
- Sulit dalam wawancara: Tidak mampu mempromosikan diri dengan baik.
Faktor Eksternal
- Persaingan yang Ketat:
- Populasi dunia, termasuk Indonesia, terus bertambah, tapi jumlah lowongan nggak selalu seimbang. Ditambah lagi, teknologi seperti otomatisasi dan AI bikin beberapa pekerjaan hilang—kasir diganti mesin, misalnya. Akibatnya, banyak orang berebut posisi yang sama, apalagi kalau itu kerjaan “entry-level” atau nggak butuh pengalaman banyak.
- Kondisi Ekonomi:
- Pertumbuhan ekonomi yang lambat: Perusahaan cenderung mengurangi jumlah karyawan.
- Otomatisasi: Banyak pekerjaan digantikan oleh mesin atau teknologi.
- Pandemi dan Krisis Global:
- Perubahan lanskap pekerjaan: Banyak industri mengalami perubahan signifikan.
- Ketidakstabilan ekonomi: Perusahaan menjadi lebih berhati-hati dalam merekrut karyawan.
- Kurangnya Networking
- Banyak lowongan nggak pernah sampai ke job portal karena diisi lewat rekomendasi internal. Orang yang nggak punya koneksi atau nggak aktif bangun relasi sering ketinggalan info peluang ini.
- Ekspektasi yang Nggak Realistis
- Kadang pelamar pengen gaji besar atau posisi tinggi, tapi pengalaman atau skill-nya belum cukup. Di sisi lain, perusahaan juga bisa terlalu demanding—minta pengalaman 5 tahun untuk posisi junior, misalnya. Ketimpangan ini bikin proses rekrutmen macet.
- Faktor Psikologis dan Persiapan Pribadi
- Banyak yang gagal di wawancara karena kurang percaya diri, nggak siap jawab pertanyaan, atau CV-nya nggak menarik. Ada juga yang cepat nyerah setelah ditolak berkali-kali, padahal rejection itu wajar.
- Diskriminasi dan Bias
- Sayangnya, faktor kayak usia, gender, atau latar belakang masih jadi penghalang di beberapa tempat. Misalnya, orang di atas 35 kadang dianggap “terlalu tua” buat posisi tertentu, meski skill-nya mumpuni.
- Perubahan Cara Kerja
- Tren remote work dan gig economy bikin beberapa orang bingung adaptasi. Ada yang nggak punya fasilitas (internet stabil, laptop) atau nggak terbiasa jualan skill secara mandiri kayak freelancer.
Apa yang Bisa Dilakukan?
- Tingkatkan Keterampilan: Ikuti pelatihan, kursus, atau sertifikasi untuk meningkatkan keterampilan yang relevan.
- Perluas Jaringan: Aktif di media sosial profesional, bergabung dengan komunitas, dan manfaatkan platform pencarian kerja.
- Kembangkan Soft Skills: Pelajari cara berkomunikasi efektif, bekerja dalam tim, dan memecahkan masalah.
- Buat CV dan Surat Lamaran yang Menarik: Tampilkan pencapaian dan pengalaman yang relevan dengan posisi yang dilamar.
- Latihan Wawancara: Persiapkan diri dengan baik untuk menghadapi berbagai pertanyaan wawancara.
- Tetap Positif dan Jangan Menyerah: Teruslah berusaha dan belajar dari setiap pengalaman.
Persiapan Jobseeker yang Kesulitan Cari Kerja di 2025
Persiapan untuk jobseeker yang kesulitan mencari kerja di tahun 2025 memang perlu strategi yang matang, mengingat dinamika pasar kerja terus berubah. Berdasarkan tren global dan perkembangan teknologi hingga saat ini (dan proyeksi ke depan), berikut beberapa langkah yang bisa membantu:
- Upskilling dan Reskilling
Di tahun 2025, kemampuan teknologi seperti AI, data analysis, atau bahkan penggunaan tools berbasis cloud mungkin jadi kebutuhan dasar di banyak industri. Kalau kamu merasa sulit bersaing, coba identifikasi skill yang lagi dicari. Platform seperti Coursera, Udemy, atau bahkan program gratis dari pemerintah (misalnya Prakerja di Indonesia) bisa jadi tempat belajar. Fokus pada bidang yang sesuai passion tapi juga punya demand, misalnya digital marketing, coding, atau project management. - Bangun Personal Branding
Banyak perusahaan sekarang lihat jejak digital. Punya profil LinkedIn yang rapi, lengkap, dan update bisa bikin kamu lebih noticeable. Tulis pengalaman (meski kecil) dengan cara yang menonjolkan hasil, bukan cuma tugas. Kalau bisa, bikin portofolio online—misalnya di Behance atau GitHub, tergantung bidangmu. - Networking Aktif
Jangan cuma apply lowongan di job portal. Cari koneksi di industri yang kamu incar. Di 2025, komunitas online (misalnya grup Discord, Slack, atau event virtual) bisa jadi tempat ketemu orang dalam. Cerita kalau kamu lagi cari kerja, siapa tahu ada yang kasih rekomendasi. - Fleksibel dan Realistis
Kalau kerjaan ideal susah didapat, pertimbangkan freelance, part-time, atau proyek sementara. Ini nggak cuma kasih pemasukan, tapi juga pengalaman dan koneksi. Data dari tahun-tahun sebelumnya nunjukin gig economy bakal makin besar, jadi peluang di sini nggak boleh disepelein. - Kenali Pasar Lokal dan Global
Di Indonesia, misalnya, sektor seperti e-commerce, green energy, atau startup teknologi masih tumbuh pesat di 2025. Kalau bahasa Inggris oke, coba lihat peluang remote dari perusahaan luar. Situs seperti Remote.co atau We Work Remotely bisa jadi referensi. - Mental dan Finansial
Cari kerja itu proses, apalagi kalau lagi susah. Jaga kesehatan mental dengan rutinitas sederhana—olahraga, ngobrol sama temen, atau meditasi. Finansialnya, kalau bisa, siapin tabungan atau cari side hustle kecil biar nggak terlalu tertekan.
Dengan informasi yang lebih detail, saya dapat memberikan saran yang lebih tepat.
Penting: Ingatlah bahwa mendapatkan pekerjaan adalah proses yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Jangan menyerah dan teruslah berusaha!